Tuesday, December 5, 2017

Sudah Terbiasa

Aku sudah terbiasa untuk tidak bertanya kabarmu, namun tetap diam-diam memperhatikan update-an status di semua media sosial yang kau miliki.

Aku sudah terbiasa untuk tidak menunggu ucapan “selamat tidur” darimu, namun aku tetap saja merapal doa untuk kau sesaat sebelum tidurku.

Aku sudah terbiasa untuk tidak mengatakan “aku kangen” meski aku sangat rindu dan ingin bertemu, namun aku tetap saja masih membuka chat lama dengan kau dan senyum-senyum sendiri membacanya.

Aku sudah terbiasa untuk tersenyum tanpa ada kau di antaranya, tanpa menunggu kau melucu, namun aku masih selalu menyimpan ingatan saat kita berdua tertawa dengan begitu lepasnya.

Aku sudah terbiasa melakukan banyak hal tanpa melibatkanmu, sebab kini aku menyadari bahwa jarak yang kau bangun untukku telah semakin panjang, pagar yang kau ciptakan telah semakin tinggi, melawannya hanya akan membuatku kelelahan, memperjuangkannya hanya akan menemui kekalahan. Maka aku memilih diam–dan tetap menunggu kau berubah pikiran.

Aku sudah terbiasa untuk tidak mengganggu hari-harimu, namun tetap saja aku tak pernah bisa mengabaikan semua hal tentangmu.

Aku masih mencari tahu apa yang kau lakukan sehari-hari, dengan siapa saja kau pergi dan menghabiskan waktu tanpaku, hal-hal apa yang membuatmu tertawa dan bahagia juga kesedihan-kesedihan apa saja yang datang menghampiri.

Aku masih begitu peduli pada semua hal tentang kau; yang meski kau jalani tanpa aku.

Aku baik-baik saja tanpamu, aku tidak apa-apa saat kau tak ada, aku hanya teman yang tidak kau harapkan untuk menjadi lebih, aku tidak berhak untuk melibatkan diri dalam hidupmu, aku bukan perihal penting untukmu.

Namun betapa masih sangat menyakitkan saat menyadari bahwa ternyata selepas dan sekencang apapun aku tertawa, selama bukan denganmu, itu bukanlah kebahagiaan.

Semenyenangkan apapun hidup yang kulalui, bila tanpamu, itu bukanlah hidup yang menghidupkan.

Original post from rumahkatakoe.wordpress.com
Follow @susyillona

No comments:

Post a Comment